Apa dampak dari cuitan-cuitan itu?
“Efek bola salju” yang disebut Mita tadi tidak hanya berhenti di keluarga Presiden saja.
Seperti diberitakan kantor berita Antara, salah satu unggahan di media sosial yang diduga milik menantu dari salah seorang staf ahli Kejaksaan Agung juga menjadi sorotan.
Dalam unggahan yang diklaim berasal dari menantu itu, dia mengungkapkan keluarga mertuanya yang merupakan penyelenggara negara kerap ditawari fasilitas seperti jet pribadi gratis oleh pengusaha.
Akun itu sekarang dihapus.
Walaupun demikian, Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung Harli Siregar mengatakan ada “langkah-langkah internal” yang akan dilakukan Korps Adhyaksa untuk mengklarifikasi hal tersebut.
““Ini ranahnya sudah publik. Kita ada [bagian] pengawasan internal. Harus dicek dulu, [misalnya]: ‘Ini menantumu bilang seperti ini, betul enggak?’” ujar Harli mencontohkan.
Klaim-klaim yang muncul di warganet juga merembet—surat kabar Strait Times juga mengecek klaim itu ke perusahaan yang terdaftar di bursa saham Singapura setelah muncul dugaan pesawat jet pribadi yang dinaiki Kaesang dan Erina adalah milik perusahaan itu.
Terpisah, Agus Sunaryanto, Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seharusnya proaktif dalam menganalisa pihak-pihak yang namanya sudah disebutkan—termasuk pemanggilan untuk klarifikasi apabila diperlukan.
Dalam konteks Kaesang, Agus menekankan status putra bungsu Presiden Jokowi itu sekalipun bukan penyelenggara negara ataupun status aparatur sipil negara (ASN), tetap saja memiliki relasi dengan kekuasaan.
“Masalahnya mampu dan berani enggak KPK mencari keterkaitan hubungan sampe situ,” ujar Agus.
Koordinator Masyarakat Antikorupsi Boyamin Saiman menyampaikan hal yang sama ihwal status Kaesang anggota keluarga dari penyelenggara negara.
“Gratifikasi itu sebenarnya mencakup seluruh yang diterima oleh keluarganya atau hubungan dekatnya—apalagi anak, suami, istri… itu jelas termasuk bagian yang dilarang,” ujar Boyamin.
Sumber gambar, ANTARA
Dihubungi terpisah, juru bicara KPK Tessa Mahardika Sugiarto mengatakan lembaga antirasuah itu “masih mengumpulkan bukti-bukti” terkait dugaan penerimaan fasilitas “sebagaimana yang didengungkan” dan “sedang viral”.
“Nah, sebagai penegak hukum KPK harus berhati-hati untuk memperoleh bukti yang relevan dan memadai sebelum melakukan langkah-langkah hukum sampai ke Penindakan,” ujar Tessa kepada BBC News Indonesia pada Selasa (27/08).
Tessa menyebut KPK senantiasa menindaklanjuti dan memperdalam kasus-kasus yang viral dan menjadi atensi publik. Dia mengonfirmasi salah satunya adalah pejabat pajak Rafael Alun yang akhirnya dipenjara setelah dinyatakan bersalah atas gratifikasi pada tahun 2023.
Di sisi lain, Tessa mengakui “perlu pendalaman” dan “telaah” apabila menyangkut keluarga untuk memastikan adanya konflik kepentingan.
Dia menambahkan orang-orang yang merasa menerima fasilitas yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara—termasuk keluarga—punya kesempatan 30 hari ke depan untuk melaporkan gratifikasi ke KPK secara daring.
“Apabila 21 Agustus [tanggal viralnya unggahan Erina], maka dia memiliki kesempatan 30 hari ke depan untuk melaporkan,” ujar Tessa.
“Kalau memang ada kaitannya dengan penyelenggaraan negara dalam hal ini adalah orang tuanya, saya pikir akan lebih nyaman kalau seandainya dilaporkan, tetapi kalau tidak ada kaitannya saya pikir tidak ada masalah,” ujarnya.
Sumber gambar, AFP/Adek Berry
BBC News Indonesia sudah berupaya mengontak beberapa pihak termasuk Erina Gudono dan Gibran Rakabuming Raka, kakak Kaesang, untuk kebutuhan artikel ini. Pada Rabu (28/08), juru hubung Erina, Mega, melalui pesan singkat mengatakan saat ini yang bersangkutan "belum berkenan untuk wawancara".
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan yang baru dilantik, Hasan Nasbi, mengatakan pihaknya “tidak ada komentar soal” soal dugaan gaya hidup mewah keluarga Jokowi yang menjadi sorotan. Alih-alih, dia mengomentari soal aspirasi publik ihwal putusan MK.
“Jelas sekarang aspirasi publik sudah tertampung semua dalam PKPU [perubahan peraturan KPU] yang merujuk kepada putusan MK terakhir. Jadi Pilkada sudah bisa berjalan sesuai aspirasi semua pihak,” ujarnya melalui pesan singkat yang diterima BBC News Indonesia pada Selasa (27/08) malam.
Kepada wartawan yang meminta komentarnya tentang sorotan warganet tentang gaya hidup keluarga Jokowi itu, Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni tak mau berkomentar banyak.
Dia menilai kritik tersebut bagian dari demokrasi.
“Ya, itu bagian dari dinamika demokrasi. Itu adalah kebebasan warga negara yang bisa kita nikmati, untuk saran, kritik, ya kadang tajam, terlalu tajam ya monggo. Itu bagian dari demokrasi,” kata Raja Juli, Minggu (25/08).
Seperti diketahui, Kaesang Pangarep adalah Ketua Umum PSI.
‘CCTV sosial ada di mana-mana!’
Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, menyoroti penggunaan internet dengan intensitas tinggi dari masyarakat Indonesia yang menjadikan adanya “CCTV sosial di mana-mana”.
“Di negeri ini jumlah gawai itu 353 juta sedangkan jumlah manusianya hanya 277 juta. CCTV sosial jauh lebih banyak. Data itu bisa diperoleh dari mana saja—ini yang seharusnya mendorong semua orang untuk berperilaku positif dan produktif,” ujar Devie.
Devie juga menyoroti warganet Indonesia yang memiliki “kemampuan gotong royong” dalam mengakumulasi data sehingga memunculkan berbagai spekulasi isu di ruang digital sebagai bagian dari aktivisme warga.
Meskipun begitu, Devie menekankan hal ini bukan berarti berbagai hal yang dilontarkan di jagad maya sudah terkonfirmasi kebenarannya.
Di sisi lain, Devie menyayangkan masih banyak warganet yang lebih memusatkan perhatian terhadap hal-hal yang berbau pribadi ataupun fisik dari pihak yang dituduh—hal ini, sambung dia, memperkukuh riset Microsoft bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat paling kejam, keji dan kasar di ruang digital.
“Ternyata diskursus tentang fisik itu jauh lebih dominan dari urusan politiknya. Kalaupun ada urusan politik, mohon maaf, itu hanya echo chamber [gelembung informasi tertutup di kelompok-kelompok tertentu saja,” pungkasnya.
Anak Pak Jokowi Ada Berapa atau yang bisa di sebut juga situs toto yang menghadirkan scatter hitam dengan melihat RTP yang jitu di 2024. Telah memberikan layanan yang sangat menarik di setiap RTP diberikan, semua player bisa sangat menentukan kemengan dengan melihat RTP yang sangat akurat dan jitu. semua ini menjadi kunci besar buat pemian dalam maxwin dengan sampai puluhan juta rupiah dalam modal yang sangat kecil.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Anak Pak Jokowi sudah sangat di kenal sehingga mendapatkan rekor muri dengan bettingan minimal mendapatkan cuan hingga 10 juta rupiah di permaianan slot. Laga yang di berikan bukan sembarangan pertandingan lagi bahkan menjadi ladang pencarian buat para pemain, Teruntuk pecinta slot khusus nya mahjong ways menjadi pilihan yang sangat tepat bahkan mencuri perha.ian player untuk mencari cuan dengan modal kecil mahjong ways salah satu slot yang sangat di gemarin.
Bagaimana kronologi ‘temuan-temuan’ warganet?
Analisis jaringan sosial Drone Emprit menemukan akun Instagram @mitastic adalah yang pertama mempertanyakan pesawat yang ditumpangi Erina dan Kaesang pada 21 Agustus lalu.
“Terutama karena tampilan tidak biasa pada unggahannya yang memperlihatkan sayap pesawat,” ujar Rizal Nova Mujahid selaku ketua analis Drone Emprit ketika dihubungi pada Selasa (27/08).
“Jam [diunggahnya] tidak terlihat di mesin kami, karena bentuknya [Instagram] stories.”
Dimulai dari @mitastic, Drone Emprit menemukan akun-akun media sosial lainnya pun mulai melakukan “investigasi” yang kemudian diunggah di jejaring X.
BBC News Indonesia menghubungi beberapa akun yang mengunggah “temuan-temuan” mereka ihwal pesawat yang ditumpangi Erina dan Kaesang.
Mita, 30 tahun, pengacara korporat yang tinggal di Jakarta dan merupakan pemilik akun @mitastic, tidak menyangka postingannya yang mempertanyakan pesawat itu akan menjadi viral. Dia mengaku awalnya hanya sedang membahas postingan Erina bersama seorang temannya.
“Terus [saya] lihat jendelanya bulat, enggak kayak jendela commercial airlines [pesawat komersil]. Kalau di [penelusuran gambar] Google mirip jendela [pesawat jet pribadi] Gulfstream. Niat saya bertanya [...] minta klarifikasi dari mereka,” ujar Mita kepada wartawan Amahl Azwar yang melaporkan untuk BBC News Indonesia pada Selasa (27/08).
Mita menautkan akun Instagram milik Erina dan Kaesang, tetapi tidak mendapat respons.
Setelah Mita, Drone Emprit menyebut akun-akun lain mulai membahasnya dan terbitlah “investigasi” lanjutan dari publik. Akun-akun ini pun turut melemparkan pertanyaan terkait pesawat tersebut.
Shally Pristine, 38 tahun, yang juga tinggal di Jakarta, mengaku sebagai “pembayar pajak yang prihatin” ingin ikut mengomentari diskursus publik ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
“[Supaya] publik juga tidak apatis sama perilaku korupsi pejabat karena banyak yang hopeless [putus asa] soal penegakan hukum dalam negeri,” ujar Shally ketika dihubungi pada Selasa (27/08).
Pemilik akun X @c4pt1kus yang mengaku menggunakan OSINT mengeklaim dirinya “iseng melakukan investigasi” sekaligus membagikan cara-caranya supaya semakin banyak orang yang bisa memverifikasi temuan-temuan tersebut.
“Semakin banyak yang verifikasi, semakin baik… tapi untuk gratifikasi harus ada bukti-bukti jelas. Kenapa yakin? Karena memang mencari menggunakan metode OSINT, salah satunya geolocation,” klaimnya .
Artikel ini memuat konten yang disediakan Twitter. Kami meminta izin Anda sebelum ada yang dimunculkan mengingat situs itu mungkin menggunakan cookies dan teknologi lain. Anda dapat membaca Twitter kebijakan cookie dan kebijakan privasi sebelum menerima. Untuk melihat konten ini, pilihlah 'terima dan lanjutkan'.
Paul Myers, jurnalis senior BBC News dan pelatih di BBC Academy, mengatakan OSINT adalah “informasi yang tersedia secara bebas”.
Myers menjelaskan bahan intelijen sumber terbuka dapat diakses oleh siapa saja—misalnya perpustakaan, pencarian Google, stasiun radio, surat kabar, atau unggahan di X.
“Tentang apakah informasi tersebut dapat dipercaya itu tergantung banyak faktor. Informasi yang kita mau gunakan harus melalui proses yang disebut 'verifikasi' untuk memastikan integritasnya,” jelas Myers kepada BBC News Indonesia pada Rabu (28/08).
“Verifikasi dapat meliputi pemeriksaan integritas sumber, mengecek kebenaran informasi, memeriksa lokasi, dan memeriksa waktu yang dinyatakan dalam informasi tersebut.”
Mita mengaku kaget atas tanggapan-tanggapan warganet terhadap unggahannya.
“Semuanya bergulir saja kayak snowball effect [efek bola salju/dampak berantai,” ujar Mita.
Di sisi lain, Mita mengaku memang sudah lama “memperhatikan” gaya keluarga Presiden Jokowi yang disebutnya menggunakan barang mewah. Dia menganggap, apa yang terjadi saat ini tidak sesuai dengan apa yang disebutnya sebagai branding alias citra keluarga Jokowi sebelumnya yang mengedepankan kesederhanaan.
Sumber gambar, AFP/YASUYOSHI CHIBA
Ketua analis Drone Emprit Rizal Nova Mujahid mengatakan temuan analisis lembaganya melihat perjalanan dan aktivitas Erina yang juga mantan kontestan Putri Indonesia di Instagramnya menjadi gunjingan publik karena dinilai “tidak peka dengan kondisi di Indonesia”.
“Gaya hidup mewah Kaesang dan Erina, selain dibandingkan dengan kemiskinan di Indonesia, juga dibandingkan dengan branding hidup sederhana yang konsisten dilakukan keluarga Jokowi selama ini,” ujarnya.
Data Drone Emprit menunjukkan nada percakapan pengguna X (sebelumnya Twitter) kebanyakan negatif dalam membicarakan isu ini dengan persentase 82%.
Sementara di TikTok justru berimbang antara percakapan yang bernada negatif (44%) terhadap Kaesang dan Erina sementara yang bernada positif sebanyak 42%.
Analisis jejaring sosial Drone Emprit juga menemukan adanya unggahan Kaesang dan Erina turun dari jet pribadi pada September 2023 yang kembali ramai.
“Publik mempertanyakan apakah mereka melalui prosedur kepabeanan yang lazim dihadapi masyarakat Indonesia. Kita ingat, Bea Cukai sempat menjadi bulan-bulanan publik dalam beberapa bulan silam karena kerjanya yang dinilai tidak berperikemanusiaan,” ujar Reza.
Dilansir kantor berita Antara, Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Bea Cukai Nirwala Dwi Heriyanto mengatakan akan mengecek status penerbangan di video tersebut pada Senin (26/08).
Gaya hidup menantu dan anak Presiden Jokowi disorot warganet – Mengapa KPK dituntut menyelidiki kemungkinan adanya dugaan gratifikasi?
Sumber gambar, AFP/YASUYOSHI CHIBA
Pergerakan warganet yang ‘membedah’ unggahan Erina Gudono—istri anak bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep—di media sosial berujung ke desakan aktivis antikorupsi agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) proaktif dalam melacak kemungkinan adanya dugaan gratifikasi. Apa tanggapan Kantor Kepresidenan?
Keluarga Presiden Joko “Jokowi” Widodo—khususnya putra bungsunya, Kaesang Pangarep dan sang menantu, Erina Gudono—menjadi sorotan di media sosial dalam satu minggu terakhir.
Analisis jaringan sosial Drone Emprit menyebut postingan-postingan Erina ketika dia dan Kaesang sedang berada di Amerika Serikat dinilai memamerkan “gaya hidup mewah”pada Rabu (21/08) lalu.
Unggahan Erina, menurut Drone Emprit, dianggap “tidak peka” karena dilakukan pada saat adanya gelombang protes terhadap “manuver” Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang berupaya menjegal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) termasuk ihwal batas umur calon kepala daerah.
BBC News Indonesia telah menghubungi Erina Gudono via juru hubungnya melalui aplikasi berkirim pesan (WhatsApp) dan Instagram.
Pada Rabu (28/08) siang, juru hubung Erina, Mega, melalui pesan singkat mengatakan saat ini yang bersangkutan "belum berkenan untuk wawancara".
Dihubungi BBC News Indonesia pada Selasa (27/08), Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan yang baru dilantik, Hasan Nasbi, mengatakan pihaknya “tidak ada komentar soal” soal dugaan gaya hidup keluarga Jokowi yang menjadi sorotan.
Sementara itu, ketika ditanya para wartawan terkait sorotan warganet tentang gaya hidup keluarga Kaesang—yang menjabat sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Sekjen PSI Raja Juli Antoni tak mau berkomentar banyak.
Dia menilai kritik tersebut bagian dari demokrasi.
“Ya, itu bagian dari dinamika demokrasi. Itu adalah kebebasan warga negara yang bisa kita nikmati, untuk saran, kritik, ya kadang tajam, terlalu tajam ya monggo. Itu bagian dari demokrasi,” kata Raja Juli, Minggu (25/08).
Sumber gambar, Getty Images
Nama “Erina Gudono” masih menjadi kata kunci paling dicari di jagad maya Indonesia dalam satu minggu terakhir. Gerakan di media sosial pun mencermati foto dan video yang disebarkan keluarga Presiden Jokowi—meski kekhususan tetap pada Erina.
Drone Emprit mencatat “gaya hidup mewah Kaesang dan Erina, selain dibandingkan dengan kemiskinan di Indonesia, juga dibandingkan dengan branding hidup sederhana yang konsisten dilakukan keluarga Jokowi selama ini”.
“Temuan-temuan” warganet yang menggunakan Open Source Intelligence (OSINT) alias ketrampilan mengumpulkan data dari sumber terbuka untuk analisis, antara lain, dugaan penggunaan pesawat sewaan oleh Kaesang dan Erina serta dugaan adanya perlakuan khusus dari Bea Cukai setelah mereka mendarat di satu bandar udara.
Sumber gambar, ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Paul Myers, jurnalis senior BBC News dan pelatih di BBC Academy, mengatakan OSINT adalah “informasi yang tersedia secara bebas” dan bahan intelijen sumber terbuka dapat diakses oleh siapa saja.
“Tentang apakah informasi tersebut dapat dipercaya itu tergantung banyak faktor. Informasi yang kita mau gunakan harus melalui proses yang disebut 'verifikasi' untuk memastikan integritasnya,” jelas Myers.
Sejumlah aktivis antikorupsi dari Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI) menyebut aparat penegak hukum seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dapat secara proaktif menelaah “temuan-temuan” warganet yang sudah masuk ke ruang publik.
“KPK bisa inisiatif menelusuri kalau peristiwa yang diindikasikan ada korupsi sudah menjadi perhatian publik,” ujar Wakil Koordinator ICW Agus Sunaryanto pada Selasa (27/08).
Sumber gambar, Instagram @mitastic
Sementara Koordinator MAKI Boyamin Saiman menekankan gratifikasi juga bisa diterima melalui keluarga atau orang terdekat penyelenggara negara—bukan semata-mata langsung ke penyelenggara negara itu sendiri.
Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie Rahmawati, menyoroti penggunaan internet dengan intensitas tinggi dari masyarakat Indonesia yang menjadikan adanya “CCTV sosial di mana-mana”.
“Di negeri ini jumlah gawai itu 353 juta sedangkan jumlah manusianya hanya 277 juta. Data itu bisa diperoleh dari mana saja—ini yang seharusnya mendorong semua orang untuk berperilaku positif dan produktif,” ujar Devie.
Bagaimana kronologi berkembangnya gerakan kritik melalui media sosial sampai ke pelacakan dugaan gaya hidup mewah keluarga Presiden?
Sejauh apa dampaknya—apakah otoritas hukum terkait akan menindaklanjutinya?
Sumber gambar, AFP/Juni Kriswanto